Momen Idul Adha menjadi penting bagi peternak dan pedagang ternak qurban untuk memaksimalkan laba, namun tampaknya perlu strategi khusus bagi keduanya, untuk Idul Adha tahun depan
Terbit dalam INFOVET, Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan Edisi Februari 2018~
Hampir dipastikan setiap tahunnya, selalu ada cerita
peternak menjerit karena rendahnya harga pasar domba dan kambing mereka.
Realita ini sulit dijelaskan bilamana tidak utak atik mekanisme pasar. Namun,
setidaknya penurunan harga pasar ini ditentukan pula oleh momen krusial di
masyarakat yang mempengaruhi suplai dan demand domba kambing hidup. Ya,
dikatakan ternak hidup karena berdasarkan pengalaman penulis, hanya harga ternak
hidup yang sering naik turun, berbeda dengan harga produk hilirnya seperti
daging dan karkas yang cenderung stabil, didukung pula oleh kenyataan bahwa
domba kambing tidak dijadikan objek politik, berbeda dengan sapi.
Momen Idul Adha sebagai Anugerah
Tingginya jumlah populasi manusia Indonesia dengan
kategori kekuatan ekonomi negara berkembang, mempunyai dampak berupa lenturnya
mekanisme pasar yang disebabkan oleh perihal sosial budaya, terutama di daerah
pedesaan sebagai lumbung ternak, tetapi dengan jumlah kepemilikan terbatas
(kurang dari 5 ekor per peternak). Survei di Jawa Tengah menunjukkan bahwa ternak
lebih condong digunakan sebagai tabungan dibanding penghasil cash money (Budisatria et al., 2007). Jika membutuhkan dana
mendesak, alternatif utama yang akan diambil adalah dengan menjual ternak
tabungan mereka. Hal ini menjadi catatan penting, bahwa motivasi menjual adalah
karena kebutuhan uang mendesak, bukan karena kegiatan usaha murni. Motivasi
seperti ini mempunyai kelemahan, yaitu mempunyai nilai tawar yang rendah, atau
sangat tergantung pada kondisi sosial setempat. Jika kejadian ini dilakukan
berjamaah, misal karena peternak sama-sama menghadapi pergantian tahun ajaran
baru anak-anak mereka, mau pun kebutuhan mendesak jelang hari raya, maka
dipastikan akan menurunkan harga jual karena membludaknya jumlah ternak di
pasaran.
Hari raya keagamaan umat Islam, salah satunya adalah
Idul Adha, atau yang lebih popular dikenal dengan sebutan musim haji atau musim
qurban. Musim yang menyita perhatian pedagang sekitar 1 bulan pra dan pasca
hari raya ini, merupakan puncak tingginya permintaan ternak qurban, baik domba,
kambing, atau pun sapi. Harga jual ternak ke konsumen pada musim qurban ini
meningkat bervariasi dari 10-50% dibanding hari biasa dengan harga normal.
Sesuai mekanisme pasar, harga akan otomatis terkatrol seiring meningkatnya
permintaan ternak qurban. Sehingga pedagang akan beramai-ramai menyetok ternak
jelang musim tersebut. Musim qurban tahun ini (2017), berdasarkan hasil survei
dan pengalaman penulis sebagai pedagang ternak qurban khusus domba dan kambing sejak
tahun 2008, terjadi peningkatan permintaan ternak ruminansia kecil (kambing dan
domba) hingga 30%. Bahkan beberapa rekan pengusaha mengaku meningkat hingga
50%.
Preferensi konsumen di musim qurban 1438 H (2017
masehi) di D.I. Yogyakarta masih didominasi domba dibanding kambing, meski pun
ada kecenderungan peningkatan penjualan kambing dibanding domba. Hal ini
bertolak belakang dengan preferensi konsumen di jalur utara Jawa Tengah
(pantura) dengan kambing masih sangat mendominasi penjualan hingga 90%. Range
harga domba dan kambing di D.I. Yogyakarta masih lebih ramai di segmen harga
2-3 juta, atau tepat di bawah harga iuran sapi qurban (2,7-3,1 juta per orang
untuk 7 orang sohibul). Dan yang lebih menarik adalah, terjadi peningkatan yang
signifikan di segmen domba kambing kelas tinggi (harga di atas 3 juta, di atas
harga iuran sapi), dimana konsumen mulai tertarik memperhatikan kualitas domba
kambing dari segi penampilan fisik, kebersihan bulu domba, jenis ternak unggul
(domba Garut dan kambing Peranakan Etawa), dan kelengkapan spesifikasi
(timbangan digital, potret gigi seri, riwayat obat, dll.).
Olah Strategi Masing-masing Sektor
Idul Adha 1438 H kemarin tepat pada hari Jumat, 1
September 2017, atau sekitar 2 bulan pasca pergantian tahun ajaran bagi
sekolah. Pengusaha ternak qurban merasakan adanya penurunan harga kulak domba
dan kambing di D.I. Yogyakarta disebabkan momen pergantian tahun ajaran
tersebut. Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa hal ini dipicu tingginya angka
penjualan ternak “tabungan” oleh peternak. Dan jika dicermati, maka tanggal
jatuhnya hari raya di tahun 2018 akan lebih awal dibanding tahun 2017, dimana
pola ini diyakini akan terjadi lagi. Perlu dicatat bahwa 2 bulan sebelum hari
raya Idul Adha merupakan hari raya Idul Fitri. Artinya akan ada 3 momen besar
di sini yang mempengaruhi harga, yaitu Idul Fitri, pergantian tahun ajaran
sekolah, dan Idul Adha. Perlu olah strategi bagi peternak dan pedagang di
masing-masing sektor untuk mengamankan asetnya.
![]() |
Grafik 1. Prediksi pasar kambing dan domba 1439 H |
Peternak diyakini akan menahan domba dan kambing
mereka sejak Oktober 2017 hingga April 2018, yang didukung oleh melimpahnya
pakan hijauan di musim penghujan. Harga pada 7 bulan di musim penghujan ini
dikategorikan normal, meskipun biasanya terjadi gejolak penurunan harga di
beberapa daerah dengan pakan hijauan terlalu melimpah. Di sepanjang musim ini,
diyakini pasar domba kambing lebih banyak ke arah bakalan jantan dan domba
betina potong untuk mensuplai rumah makan dan aqiqah services. Ada pendapat bahwa awal tahun hingga April 2018, adalah
saat yang tepat bagi peternak untuk menjual ternaknya dengan harga normal. Jika
terlambat, maka mereka harus dihadapkan pada mekanisme pasar di bulan Mei-Juli
2018 dimana diprediksi harga akan turun seiring berlomba-lombanya pengusaha
mencari ternak dagangan, berkorelasi dengan meningkatnya penjualan ternak
“wajib” oleh peternak. Atau pun jika peternak masih mempunyai talangan dana
menghadapi 3 momen tersebut, maka disarankan menjual ternaknya tepat di musim
qurban langsung ke konsumen qurban.
Hal ini tidak mustahil dilakukan peternak dengan kepemilikan kecil, tanpa perlu membuka lapak dan mendeklarasikan diri sebagai penjual ternak qurban. Cukup memanfaatkan media sosial dan kemajuan teknologi informasi lainnya. Sederhana dengan metode tahan jual, atau ikhlaskan jual. Bagaimana dengan para pengusaha? Ada beragam cara yang tentunya tidak perlu dibahas disini. Yang paling penting adalah terjalinnya hubungan mutualistik antara pengusaha domba kambing dengan peternak kecil. Karena tidak dipungkiri bahwa sebesar apapun skala usaha pengusaha domba kambing, selalu tidak lepas dari peran peternak skala kecil, karena sama-sama berperan membentuk sistem pasar yang diharapkan akan saling menguntungkan, membangun peternakan dengan kekuatan sosial (Sakti, 2016), demi kesejahteraan bersama pelaku ekonomi peternakan di Indonesia. Jayalah peternak Indonesia.
Hal ini tidak mustahil dilakukan peternak dengan kepemilikan kecil, tanpa perlu membuka lapak dan mendeklarasikan diri sebagai penjual ternak qurban. Cukup memanfaatkan media sosial dan kemajuan teknologi informasi lainnya. Sederhana dengan metode tahan jual, atau ikhlaskan jual. Bagaimana dengan para pengusaha? Ada beragam cara yang tentunya tidak perlu dibahas disini. Yang paling penting adalah terjalinnya hubungan mutualistik antara pengusaha domba kambing dengan peternak kecil. Karena tidak dipungkiri bahwa sebesar apapun skala usaha pengusaha domba kambing, selalu tidak lepas dari peran peternak skala kecil, karena sama-sama berperan membentuk sistem pasar yang diharapkan akan saling menguntungkan, membangun peternakan dengan kekuatan sosial (Sakti, 2016), demi kesejahteraan bersama pelaku ekonomi peternakan di Indonesia. Jayalah peternak Indonesia.
No comments:
Post a Comment