Friday, August 11, 2017

Menembus waktu

Pengalaman Menembus Lorong Waktu

Bukan hanya Doraemon-nya Mas Boy yang bisa menembus lorong waktu. Saya pun yang notabene tidak mempunyai kantung ajaib, diberi kesempatan Gusti Allah untuk menikmati (sebenarnya senam jantung) melewati lorong waktu (versi saya).

Dalam kondisi lumrah, saya memerlukan waktu rata-rata 50 menit menempuh perjalanan dari rumah ke kantor. Biasanya manusia normal lainnya menyebut istilah kantor, pastilah ada di kota, sedangkan rumah tempat kandung beta ada di pinggiran kota. Tapi ini kebalikannya, rumah saya di pinggiran kota Yogya, sedangkan "kantor" saya di Gading, sebuah desa di Kabupaten Gunungkidul yang berjarak 40 km dari pusat Kota Yogyakarta. Desa harus ditempuh dengan kendaraan roda dua atau empat dengan kondisi oke siap touring, perjalanan yang melelahkan naik turun gunung.

Setiap hari dilaju dengan Thunder biru tercinta. Meskipun sekarang Thunder 125cc yang karburatornya sudah tidak ori (yang ori tidak kompeten di bidang tanjakan) sudah almarhum (mah) (karena ada yang bilang motor satu ini setengah jantan setengah betina), sudah diganti dengan Supra X 125D merah putih. Motor hibah dari mertua yang sudah saya set sedemikian rupa sehingga hanya nyaman ditunggangi di angka 95 km/jam wusshh.....

Perjalanan diawali dari rumah pukul 06.40 dengan menyusuri jalan pinggiran kota yang mulus di daerah Sitimulyo, Piyungan, Bantul. Dilanjutkan menyusuri jalan propinsi Yogya-Wonosari yang lebar dan datar sampai lampu merah Piyungan. Memulai touring, dilanjutkan dengan tanjakan pertama sejauh 3 km yang diakhiri dengan tikungan tajam dan mendaki (sudut tikungan 360°) di Desa Petir. Setelah itu, pelaju akan dihadapkan pada pedakian ringan melewati area Bukit Bintang, tempat sejenis rest area di tepi bukit yang menawarkan keindahan kota Yogyakarta dan Bantul di bawahnya. Tempat para jejaka merayu gebetannya, dan tempat para ibu-ibu setempat menjual jagung bakar. Namun pagi itu sepi, kecuali kabut di bawah sana dan lalu lalang kendaraan yang kebut-kebutan mengejar jam absen kantor.

Sepeninggal bukit bintang, pelaju akan disambut gapura raksasa sebagai pintu masuk Kabupaten Gunungkidul. Terdapat taman yang menyejukkan mata di sekitar gapura ini, sebelum ditantang dengan tikungan mendaki yang super tajam kembali. Di sinilah para kendaraan besi (tronton dan sejenisnya) parkir salah tempat, alias mogok di tengah jalur pendakian. Namun, jika berhasil melalui tanjakan ini, dipastikan pelaju akan sampai di Patuk, sebuah daerah puncak dari perbukitan Gunungkidul. Setelah itu, jalanan cenderung datar dan tidak ada tanjakan terjal, kecuali jalanan yang berliku menyusuri desa dengan sesekali ditemui ranjau darat (lubang) pada musim hujan.

Di sinilah pengalaman saya dimulai. Memasuki sepertiga perjalanan mendatar, saya yang cenderung konstan melaju di titik 80 km/jam, salip menyalip dengan sebuah motor Vario Techno orange. Trafic terkadang padat, terkadang sepi, dan tampaknya dia kurang begitu ahli menyelinap di kemacetan, meskipun kemudian saya selalu kalah bersaing di trek lurus hehe...

Sesaat ketika kami asyik salip-menyalip, saya ada di depan, dan langkah saya terhalang oleh sebuah mobil Avanza biru dan dua motor di belakangnya, yang nampaknya belum mampu menyalip Avanza tersebut. Saya pun dengan sabar mengikuti mereka di belakang sambil sesekali melihat rival saya (Vario Techno orange) di belakang saya melaui spion. Tapi.... lho, dimana Vario Techno itu? Kok tiba-tiba menghilang? Dari spion juga terlihat tidak ada tanda-tanda dia berhenti di pinggir jalan. Dalam hati saya berpikir, ah pasti dia sudah belok di suatu tempat, meskipun saya ragu juga karena si orange sebenarnya hanya berjarak tidak lebih dari 5 meter di belakang saya dan belum ada 5 detik tadi dia masih ada.

Ya sudah lah, lupakan itu. Lalu saya fokus mencari celah menyalip dua motor dan satu Avanza biru di depan saya. Saat itu kami berada di selatan Patuk, tepatnya di daerah Putat sebelum Rumah Makan Putat Joyo. Selang 10 detik sejak si Vario Techno orange menghilang, saya masih sabar menanti di belakang karena arus yang sangat padat dan saya yakin akan bisa menyalip karena sebentar lagi akan melewati Rumah Makan Putat Joyo. Jalan raya di depan rumah makan itu baru saja selesai dilebarkan dengan luasan yang hampir dua kali ukuran jalan semula, artinya, peluang untuk menyalip lebih besar. Namun...

Jalan lebar itu tidak kunjung saya temui. Saya jadi bingung, karena tiba-tiba saya seperti melewati lorong waktu sekitar 4-5 detik. Dan yang paling mencengangkan, begitu saya sadar, saya sudah berada di jalan raya pusat oleh-oleh Sambi. Itu sekitar 3 km dari Putat Joyo. Artinya saya melewatkan perjalanan sekitar 3 km dalam waktu hanya 4-5 detik. Avanza biru dan dua motor masih ada di depan saya. dan selang beberapa detik saya ambil kanan untuk menyalip mereka.

Masih terheran-heran tidak percaya, tapi akhirnya saya anggap mungkin saya melamun. Lalu saya memacu kencang si Supra X 125 D dan hanya bertahan 1 km, sebelum saya kembali menahan laju hingga tersisa 40 km/jam, mengikuti jalanan sambil terus berpikir terheran-heran. Sepertinya saya dari tadi tidak melamun. Sudah sarapan, dan konsentrasi tetap terjaga. Wah kok aneh seperti ini ya. Keheranan saya bertambah ketika sekitar 3 menit kemudian tiba-tiba si Vario Techno orange muncul di spion saya. Saking kagetnya saya sempatkan menoleh ke belakang. Iya benar itu orang yang tadi. Terlihat jelas dari helm uniknya. Karena lalu lintas padat, seperti sejak dari bawah tadi dia tidak mampu menyalip saya dan hanya bertahan di belakang membuntuti. Lho, tambah pusing kan saya...darimana saja kamu si orange? Lalu Supra saya pacu kembali di kisaran 90 km/jam...

Akhirnya menjelang hutan Bunder, si Vario Techno menyalip saya, karena sebentar lagi tiba di kantor UPT BPPTK LIPI. Begitu tiba di gerbang depan kantor, pak Satpam menyapa saya keheranan, “Dari rumah jam berapa mas?”, tanya beliau ramah dengan sedikit heran. “Jam tujuh kurang seperempat Pak, eh jam tujuh kurang dua puluh an dink.” “ Wah ngebut ya...”

Saya takjup karena jam di mesin absensi sidik jari menunjukkan pukul 07.15. Artinya, saya perlu waktu 35 menit perjalanan dari rumah. Waoo itu rekor terbaru lagi, karena rekor tercepat saya sebelumnya adalah 42 menit. Ada sekitar selisih 7 menit. Bahkan mungkin seharusnya bisa lebih singkat lagi, jika tadi saya tidak berjalan pelan karena keheranan.

Jelas di luar nalar, dengan kemampuan saya membawa kendaraan bebek ini melalui waktu terbaik dari yang pernah ada. Mungkinkah benar, tadi saya melalui lorong waktu, yang menyebabkan saya menuju waktu dan tempat yang lebih cepat sekitar 5-10 menit ke depan? 4-5 detik melewati lorong waktu mewakili 5-10 menit kejadian yang sebenarnya. Saya masih sering terbengong-bengong sendiri sehari ini di kantor, serasa ingin kembali ke lokasi tadi, lokasi yang “hilang” yang tidak saya lalui.

Mungkin, Vario Techno orange tadi tiba-tiba menghilang, karena saya mulai memasuki pintu lorong waktu. Dan selang 5 menit kemudian, dia menyusul saya kembali. Saya ingat waktu terakhir dia menyalip sebelum saya sampai di kantor, dia sempat menoleh ke saya. Seolah ingin membenarkan bahwa saya tadi tiba-tiba menghilang dari depannya, dan muncul kembali tapi sudah jauh di depan. Mungkin juga dia saat ini menulis kisah yang sama dengan saya ini di blognya....hehe



Saya jadi teringat kisah tentang bus dan kereta api hantu yang sering saya dengar beritanya dari teman-teman waktu masih SMA. Seolah seseorang menaiki kereta api super cepat dengan hanya membutuhkan waktu 1 jam saja untuk perjalanan dari daerah Jawa Tengah ke Jakarta. Dia terlihat linglung saat tiba di stasiun Jakarta. Namun ketika disadarkan orang-orang, dia baru sadar bahwa ia sudah berada di Jakarta. Saat dilihat jam tangannya, baru berselang 1 jam sejak keberangkatannya. Terlepas dari aspek magisnya, saya sebagai ilmuwan lebih memandang dari sisi ilmu pengetahuan (ceaile...). Mungkinkah ilmu tentang lorong waktu benar-benar ada....hanya Tuhan yang tahu.

Memori 2012
AAS

No comments:

Post a Comment

Cara Menentukan Tema Channel bagi Youtuber Pemula

Hai halo youtube mania, para content creator , dan pemirsa youtube. Assalamualaikum. Video ini diproduksi dan diupload saat pandemi covid-1...